Laporan Sampling Dengan Matlab
SAMPLING
A. Tujuan Praktikum
· Mahasiswa
memahami dan dapat memilih nilai sampel yang tepat terhadap suatu sinyal.
· Mahasiswa
memahami pengaruhnya sampling, oversampling, dan undersampling pada
proses recovery sinyal
· Mahasiswa
dapat melakukan rekontruksi sinyal dari hasil sampling dan menguji hasilnya.
B.
Dasar
Teori
Dalam proses
pengolahan sinyal analog, sinyal input masuk ke Analog Signal
Processing (ASP), diberi berbagai perlakuan (misalnya pemfilteran, penguatan,dsb.)
dan outputnya berupa sinyal analog.
Gambar 4.1. Sistem Pengolahan Sinyal
Analog
Proses pengolahan sinyal secara digital memiliki
bentuk sedikit berbeda.Komponen utama sistem ini berupa sebuah processor
digital yang mampu bekerja apabila masukannya berupa sinyal digital. Untuk
sebuah input berupa sinyal analog perlu proses awal yang bernama digitalisasi
melalui perangkat yang bernama analog-to-digital conversion (ADC),
dimana sinyal analog harus melalui proses sampling, quantizing dancoding.
Demikian juga output dari processor digital harus melalui
perangkat digital-to-analog conversion (DAC) agar outputnya kembali
menjadi bentuk analog. Ini bisa kita amati pada perangkat seperti
PC, digital sound system, dsb. Secara sederhana bentuk diagram bloknya
adalah seperti berikut ini.
Gambar 4.2. Sistem Pengolahan
Sinyal Digital
a) Sinyal
Waktu Diskrit
Berdasarkan pada
penjelasan di atas kita tahu betapa pentingnya satu proses yang
bernama sampling. Setelah sinyal waktu kontinyu atau yang juga popoler
kita kenal sebagai sinyal analog disampel, akan didapatkan bentuk sinyal waktu
diskrit. Untun mendapatkan sinyal waktu diskrit yang mampu mewakili sifat
sinyal aslinya, proses sampling harus memenuhi syarat Nyquist:
fs >
2 fi
dimana:
fs =
frekuensi sinyal sampling
fi =
frekuensi sinyal informasi yanga akan disampel
atau dengan kata
lain bahwa frekuensi sampel adalah minimal dua kali frekuensi sinyal.
Fenomena aliasing akibat
proses sampling akan muncul pada sinyal hasil sampling apabila
proses frekuensi sinyal sampling tidak memenuhi kriteria di atas.
Perhatikan sebuah sinyal sinusoida waktu diskrit yang memiliki bentuk persamaan
matematika seperti berikut:
x(n) = A sin(ωn
+θ) (2)
dimana:
A = amplitudo
sinyal
ω = frekuensi
sudut
θ = fase awal
sinyal
Frekuensi dalam
sinyal waktu diskrit memiliki satuan radian per indek sample, dan memiliki
ekuivalensi dengan 2πf.
Gambar 4.3. Sinyal Sinus Diskrit
Sinyal sinus pada Gambar 4.3 tersusun dari 61 sampel
pada sepanjaag sinyal, sinyal sinus ini memiliki frekuensi f = 50 Hz dan
disampel dengan frekuensi sampel Fs = 1000 Hz. Sehingga untuk satu siklus
sinyal sinus memiliki sample sebanyak Fs/f = 1000/50 = 20 sampel. Berbeda
dengan sinyal waktu kontinyu (C-T), sifat frekuensi pada sinyal waktu diskrit
(D-T) adalah:
1. Sinyal
hanya periodik jika f rasional.
Sinyal periodic dengan periode N
apabila berlaku untuk semua n bahwa x(n+N) = x(n). Periode
fundamental NF adalah nilai N yang terkecil.
Sebagai contoh: agar suatu sinyal
periodic maka:
2.
Sinyal dengan fekuensi berbeda sejauh
k2π (dengan k bernilai integer) adalah
identik.
Jadi berbeda dengan kasus pada C-T,
pada kasus D-T ini sinyal yang memiliki suatu frkeuensi unik tidak berarti
sinyal nya bersifat unik.
Sebagai contoh:
cos[(ωο + 2π)n + θ] = cos
(ωο + 2π)
karena
cos(ωο + 2π) = cos(ωο). Jadi bila xk(n) = cos(ωοn+ 2π) , k = 0,1,….
dimana ωk =ωοn+ 2kπ, maka xk(n) tidak bisa dibedakan satu sama lain.
Artinya x1(n) = x2(n) = x3(n)….= xk(n). Sehingga suatu sinyal dengan frekuensi
berbeda akan berbeda jika frekuensinya dibatasi pada daerah
−π < ω < π atau –1/2 < f < 1/2.
Diluar itu akan terjadi fenomena aliasing. Berikut ini akan dijelaskan
lebih rinci tentang sampling dan aliasing.
b) Digital
Sampling
Dalam analisis dan aplikasi sinyal semuanya diterapkan
dalam sebuah komputer. Dalam komputer sebuah sinyal dinyatakan sebagai sederetan
bilangan. Seperti telah disebutkan bahwa dalam pengolahan sinyal, sinyal yang
terdeteksi dikonversi menjadi sederetan bilangan oleh sebuah perangkat
elektronik atau komputer disebut: analog-to-digital
conversion. Sinyal analog adalah sinyal tegangan kontinyu yang dinyatakan
secara analog. Amplitudo sinyal ini secara kontinyu bervariasi pada kisarannya.
Konversi analog ke digital merupakan proses pembangkitan sederetan bilangan,
setiap bilangan menyatakan amplitdo dari sinyal analog pada titik tertentu. Sederetan
bilangan yang dihasilkan dinamakan sinyal diskrit atau mungkin sinyal digital,
dan diperoleh dari sinyal analog yang disampel. Proses ini ditunjukkan pada
Gambar 4.4. Gambar 4.4(a) adalah sinyal analog dan Gambar 4.4(b) adalah sinyal
diskrit. Pada sinyal diskrit tampak bahwa sampulnya menyerupai sinyal analog
asli yang disampel.
Gambar 4.4 Proses
digitalisasi (a) Sinyal Analog, (b) Deretan Digital Hasil Sampling dari
Sinyal (a).
Proses digitalisasi sinyal didefinisikan dengan
konsep sampling. Pada Gambar 4.4(b). menunjukkan sampling sinyal analog
pada interval waktu beraturan 0,5 ms. Atau juga dapat dinyatakan bahwa sinyal
di-sampling pada frekuensi 2000 sample/second. Nilai ini diperoleh dengan
mengambil inverse dari interval waktu, dan secara tipikal dinyatakan dalam
Hertz (Hz). Sehingga frekuensi sampling-nya menjadi 2 kHz.
Suatu sinyal sinusoida yang dinyatakan dengan
amplitudo 1 volt dan frekuensinya 1 Hertz.Sampling sinyal ini pada
frkuensi 10 Hz menghasilkan sebuah deretan titik data yang melingkupi sinusoida
yang asli jika titik-titik tersebut dihubungkan dengan sebuah garis (warna
merah pada Gambar 4.5). Ini merupakan dasar yang harus diperhatikan yang
menentukan batas frekuensi terendah sinusoida agar sinyal dapat dikembalikan
atau direkontruksi menjadi sinyal yang sesuai dengan aslinya.
Gambar 4.5 Samping dan Rekonstruksi
(a) Sinyal 1 V, 1Hz Sinusoida Di-sampling
10 Hz, (b)
Pembentukan Sinusoida Tersampling 10 Hz.
Gambar 4.6 Samping dan
Rekonstruksi (a) Sampling Sebuah Sinusoida 1 V, 1 Hz
Mendekati 2 Hz (b) Pembentukan
Sinusoida pada Sampling 2 Hz.
Perhatikan sinyal yang sama 1 V, 1 Hz sinusoida, tapi
sekarang di- sampling pada setiap 0,75 detik ( 4/3 Hz). Berbeda
dengan dua kejadian sebelumnya, menghasilkan frekuensi sinusoida terendah
melalui titik-titik deretan tersebut bukan sinusoida 1 Hz, tapi gelombang
sinusoida sekitar 1/3 Hz. Ini jelas dari contoh tersebut bahwa sinyal original
adalah undersampled dan tidak cukup titik-titik untuk membawa
informasi secara tepat. Ingat bahwa kondisi undersampled dapat
menghasilkan aliasing.
Gambar 4.7 Samping dan Rekonstruksi
(a) Menyampling Sebuah Sinussoida 1 V, 1 Hz pada 4/3 Hz (b) Pembentukan
Sinusoida Tersampling pada 4/3 Hz Menghasilkan Sinyal Merah pada 1/3 Hz. Sinyal
1 Hz yang Asli Disampling Terlalu Rendah.
Dengan contoh di atas, ini menjadi penting untuk
realisasi bahwa sinusoida hanya dapat secara tepat tercapai jika
di-sampling paling kecil dua kali frekuensinya. Hukum ini dikenal
sebagai Nyquist Theorem.
C. Peralatan
· PC
yang dilengkapi dengan perangkat sistem operasi Windows dan Perangkat Lunak
MATLAB
D. Langkah Percobaan
· Membangkitkan
sinyal alam dengan memasukkan program nilai t atau t1
dengan s1
atau x1.
· Membangkitkan
sinyal diskrit pada program tertentu dengan memasukkan program t2
dan s2
atau x2
dan x3
atau y1,y2
dan y3.
· Melakukan
operasi penjumlahan pada beberapa program.
· Mengeluarkan
grafik hasil program dengan perintah plot dan subplot.
· Menentukan
jangkauan batas maksimum grafik.
· Mengamati
hasil grafik.
· Menyimpan
gambar grafik serta program yang telah dibuat.
· Menganalisa
perubahan dari gambar grafik.
E. Hasil Praktikum
Skrip Program
Hasil Praktikum
Terima kasih
BalasHapus